INFO TERBARU DI WEBSITE INI
Artikel Ilmiah Jurnal Penelitian

Industrialisasi Nikel, Perubahan Tata Guna Lahan dan Eksistensi Keanekaragaman Hayati di Lanskap Ambunu

Laju deforestasi di Kabupaten Morowali disinyalir dipicu adanya aktivitas pertambangan dan pembukaan lahan perkebunan sawit. Perkebunan sawit yang masuk pada pertengahan 1980an di Kecamatan Witaponda, Bungku Barat dan Petasia.

Selama dua puluh tahun terakhir, pengurangan tutupan lahan hutan atau deforestasi di Sulawesi Tengah mengalami peningkatan cukup pesat. Laporan Koalisi Indonesia Memantau (2021) mencatat Sulawesi Tengah masuk dalam sepuluh besar provinsi yang mengalami laju deforestasi tinggi. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah yang mengalami percepatan deforestasi, luas kawasan hutan di Kabupaten Morowali tersisa 278.172,72 hektar (BPS Sulawesi Tengah, 2023), luas tersebut lebih kecil dibanding tahun 2013 yangmencapai 312.292 hektar (BPS Sulawesi Tengah, 2014), Artinya, selama 10 tahun kawasan hutan Morowali mengalami pengurangan 11%.


Laju deforestasi di Kabupaten Morowali disinyalir dipicu adanya aktivitas pertambangan dan pembukaan lahan perkebunan sawit. Perkebunan sawit yang masuk pada pertengahan 1980an di
Kecamatan Witaponda, Bungku Barat dan Petasia (Palupi et al., 2017), menjadi awal mula penghancuran kawasan hutan Menyusul aktivitas pertambangan nikel yang mulai booming tahun 2007 (Andika, 2014). Studi Supriatna et al_, (2020) di Pulau Sulawesi menyebut setidaknya ada lima faktor mendorong deforestasi yaitu penebangan, perkebunan sawit, tambang, dan korupsi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungkan Hidup dan Kehutanan, sampai tahun 2021, izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) di Sulawesi Tengah didominasi izin pertambangan nikel (Zuada et al., 2023) Sehingga, keberadaaan dan aktivitas industri pertambangan nikel ikut mempercepat perubahan tutupan lahan.


Studi Sangadji dan Ginting (2023) menyebut penambangan nikel yang dilakukan secara terbuka telah memicu deforestasi dan menyebabkan banjir di Morowali (Sangadji & Ginting, 2023), Kehadiran industri secara perlahan telah menggusur kehidupan petani dan nelayan di Morowali. Industrialisasi juga telah mendorong migrasi penduduk dari luar daerah menuju Morowali, lokasi berdirinya pusat-pusat industri nikel, yang kian memperpadat penduduk (P4K Untad, 2019). Pertambahan jumlah penduduk ini kemudian secara langsung ikut meningkatkan kebutuhan penggunaan lahan untuk pemukiman.

Ancaman lain yang muncul akibat industrilasasi nikel adalah potensi rusaknya eksositem daerah aliran sungai (DAS) sebagai penopang lingkungan fisik dan biologis, serta sistem sosial ekonomi (human social system). Studi Sutrisno et al. (2017) menemukan kegiatan pertambangan di Morowali berada di wilayah hulu DAS dan di daerah tangkapan air telah memicu terjadinya banjir luapan dari sungai utama yang mengancam keberlangsungan fungsi ekosistem perairan. Peneliti BRIN, Muhammad Razzaaq Al Ghiffari yang mengkaji pengaruh perubahan tutupan lahan pada area pertambangan nikel ditinjau dari aspek hidrologi di Morowali, menemukan adanya perubahan yang signifikan dalam aliran air di wilayah tersebut (ORNAMA7 #34 I Forum Presentasi Ilmiah Risel dan Inovasi OR Nanoteknologi dan Material, 2023)


Deforestasi dan kerusakan ekosistem daerah aliran sungai menjadi ancaman bagi keberlangsungan flora dan fauna di Morowali. Hilangnya kawasan hutan menjadi ancaman nyata bagi biodiversity (Voigt et al, 2021), khususnya yang hidup dalam hutan di kawasan Morowali dan Morowali Utara. Di lokasi ini merupakan tempat hidup spesies primata dan burung endemic Sulawesi yang terancam punah, seperti macaca tonkeana (Supriatna et al., 2020), anoa (Arini et al., 2020), tarsius (Gursky et al.,2008), babi hutan, julang sulawesi dan kangkareng (Winarni et al., 2023). Demikian halnya, kerusakan ekosistem perairan sebagai sumber kehidupan, juga menjadi ancaman bagi siklus lingkungan dan sewaktu-waktu dapat memicu timbulya instabilitas lingkungan yang membahayakan manusia.

BERITA LAINYA

Wallacea Terminal
22 February 2024 Kuasa Eksklusi dan Perubahan Kehidupan Orang (To) Karunsi’e di Sekitar Konsesi Pertambangan Nikel PT Vale Indonesia

Pasca kedatangan PT Vale Indonesia, kehidupan sosial-ekonomi Masyarakat To Karunsi’e telah mengalami degradasi yang tajam hingga menuju pada kehancuran keberlangsungan kehidupan dan eksistensi mereka sebagai komunitas adat tertua di Nuha

Wallacea Terminal
31 January 2024 Status Kualitas Air dan Biota di Perairan Teluk Buli Kabupaten Halmahera Timur

Kawasan sekitar Teluk Buli terdapat aktivitas pertambangan dan terdapat dermaga sebagai sarana pendukung aktivitas pertambangan tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung akan memengaruhi ekosistem Teluk Buli.