Kawasan sekitar Teluk Buli terdapat aktivitas pertambangan dan terdapat dermaga sebagai sarana pendukung aktivitas pertambangan tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung akan memengaruhi ekosistem Teluk Buli.
Industri pertambangan merupakan industri yang tidak berkelanjutan karena bergantung pada sumber daya yang tidak terbarukan. Operasi ekplorasi dan produksi pertambangan di suatu kawasan akan menambah tekanan bagi lingkungan sekitar (Lee et
al. 2020). Bahan pencemar baik partikulat atau terlarut akan bermuara pada suatu lingkungan perairan dan menurunkan kualitas air yang selanjutnya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem pesisir sebagai habitat biota air (Sharma dan Franks, 2013; Sairinen et al. 2017).
Masalah pencemaran kawasan pesisir terutama wilayah laut terkesan kurang mendapat perhatian yang serius karena volume air laut yang besar, dan kemampuannya mengencerkan segala jenis zat asing sehingga hampir tak menimbulkan dampak sama
sekali (Ma et al. 2017). Namun, pandangan tersebut mulai berangsur berubah. Hal itu disebabkan antara lain karena limbah yang dibuang ke laut semakin lama semakin banyak dan dalam konsentrasi tinggi, sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan terjadi (Castilla dan Nealler, 1978). Seperti di beberapa kawasan persisir di Indonesia, yang salah satunya adalah Teluk Buli (Asiah dan Prajanti, 2014).
Sejatinya Teluk Buli merupakan salah satu kawasan potensial sumberdaya perikanan (Rondonuwu, 2014). Nelayan sekitar menggantungkan hidupnya dengan memanfaatkan sumberdaya ikan Teluk Buli untuk pemenuhan ekonomi keluarga dan pangan masyarakat (Sarianto et al. 2016). Kawasan sekitar Teluk Buli terdapat aktivitas pertambangan dan terdapat dermaga sebagai sarana pendukung aktivitas pertambangan tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung akan memengaruhi ekosistem Teluk Buli.
Upaya mendukung perairan Teluk Buli sebagai penyedia sumberdaya perikanan yang lestari, maka kesuburan perairan harus dijaga dan dipertahankan. Sampai saat ini informasi tentang kondisi perairan Teluk Buli masih sangat terbatas, sehingga penelitian mengenai status kualitas air dan kesehatan biota perairan Teluk Buli penting untuk dilakukan.
Laju deforestasi di Kabupaten Morowali disinyalir dipicu adanya aktivitas pertambangan dan pembukaan lahan perkebunan sawit. Perkebunan sawit yang masuk pada pertengahan 1980an di Kecamatan Witaponda, Bungku Barat dan Petasia.
Pasca kedatangan PT Vale Indonesia, kehidupan sosial-ekonomi Masyarakat To Karunsi’e telah mengalami degradasi yang tajam hingga menuju pada kehancuran keberlangsungan kehidupan dan eksistensi mereka sebagai komunitas adat tertua di Nuha